Jumat, 08 Februari 2013

TUGAS HADIS TARBAWY


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari redaksi yang menyatakan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam kondisi berpotensi, potensi tersebut dapat berupa dua model yakni potensi baik dan potensi yang buruk. Tergantung bagaimana manusia memamfaatkan potensi tersebut.
Fakta dilapangan tidak sedikit orang yang memiliki potensi untuk jahat tetapi di mampu mengubah potensi tersebut pada hal-hal yang baik demikian halnya sebaliknya banyak pula orang yang sesungguhnya memiliki potensi yang baik tetapi justru malah disalurkan pada hal-hal yang buruk. Dari fenomena tersebut penulis terimpirasi dari hadis rasulullah yang membahas tentang fitrah anak. Dalam pokok pembahasan ini akan dicari sejauh mana pandangan islam terhadap potensi yang dimiliki oleh seorang anak, seberapa besar pandangan islam dalam hal ini.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan fitrah
2.      Apa Hubungan Fitrah Manusia Dan Kependidikan
3.      Apa Macam-Macam Potensi Manusia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian fitrah
Dalam pandangan Islam kemampuan dasar dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya atau pembawaan disebut dengan fitrah,  yang berasal dari kata فطر yang dalam pengertian etimologi mengandung etimologi kejadian. Kata tersebut berasal dari kata الفا طر yang berarti pecahan atau belahan. Secara umum pemaknaan fitrah dalam al Qur’an dapat diartikan sebagai penciftaaan manusia.
Lalu bagaimana Penafsiran Fitrah Manusia Dalam Ayat Allah
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
1.      Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
2.      Fitrah yang berarti potensi. Potensi, mengacu kepada dua hal, yang baik dan buruk. Sehingga perlu dikembangkan, diarahkan, dan dididik. Disinilah fungsi pendidikan yaitu agar potensi manusia bisa terahkan dan berkembang dengan baik.
3.      Fitrah yang mengandung kecenderungan yang yang netral Dengan demikian, manusia harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal.
Hubungan Fitrah Manusia Dan Kependidikan
Fitrah yang mengandung implikasi pendidikan mengandung paham nativisme. Maksudnya bahwa manusia mempunyai potensi dasar beragama yang tidak dapat dirubah. Fitrah yang bercorak nativisme ini berkaitan juga dengan factor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua, termasuk juga keturunan beragama. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Nuh ayat 26-27
وقال نوح رب لا تذر عليالارض من الكفرينديارا . انك ان تذرهم يضلوا عبادك ولا يلدوا الافاجراكفارا.
Artinya: Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’siat lagi sangat kafir.
Menurut Ali Firi dalam buku M. Arifin, salah seorang ahli pendidikan Mesir  menyatakan bahwa kecenderunga nafsu berpindah dari orang tua secara turun temurun.
Namun demikian fitrah itu tetap harus dipelihara dan dan dijaga. Sehingga peran lingkungan sangat penting dalam mengembangkan potensi seorang manusia. Potensi anak akan dikembangka melalui proses pendidikan. Sehingga dalam proses pendidikan menjelaskan bahwa fitrah yang telah dibawa sejak lahir bagi anak akan memiliki pengaruh yang cukup besar dipengaruhi dengan lingkungan.Fitrah tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi oleh kondisi  lingkungan sekitar. Lingkungan mampu mengubah fitrah secara actor, ketika lingkungan sebagai tempat interaksi membentuk kepada hal yang buruk. Sifat dasar fitrah ditentukan dari semakin sering atau tidaknya dengan lingkungan. Meskipun demikian, lingkungan tidak selamanya mampu mengubah kepribadian seseorang. Banyak juga contoh orang baik lahir dari lingkungan atau masyarakat yang  zhalim.
Lingkungan merupakan actor yang mepengaruhi manusia, meskipun demikian bukanlah menjadi actor utama. Hal ini dikarena masih adanya actor lain yang bisa mempengaruhi tingkah laku manusia. Melalui proses belajar, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermanfaat. Fitrah tersebut harus diarahkan kearah yang positif agar tidak menimbulkan suatu persepsi yang negative.
Konsep fitrah juga menuntut agar pendidikan islam harus bertujuan mengarahkan pendidikan demi terjalinnya ikatan kuat seorang manusia dengan Allah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa fitrah manusia dekat dengan tauhid. Tauhid telah menjadi essensi dari semua bentuk agam-agama.  Konsep tauhid inilah yang memberikan tekanan kekuasaan Allah yang mesti dipatuhi dalam kurikulum pendidikan islam. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al A’raf: 172.
واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشهدهم علي انفوسهم الست بربكم قالو بلى شهدنا ان تقولو يوم القيامة انا كنا عن هذا غافلين
Arinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,


D. Macam-Macam Potensi Manusia
Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia. Potensi itu diantaranya yaitu,
1)      Potensi beragama
Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika manusia dilahirkan. Manusia memerlukan keimanan kepada zat  tertinggi yang Maha Unggul di luar dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati olehnya. Naluri beragama mulai tumbuh apabila manusia dihadapkan pada persoalan persoalan yang melingkupinya.
Akal akan menyadari kekerdilannya dan mengakui akan kudratnya yang terbatas. Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi pencipta alam jagat raya ini, yaitu Allah. Islam bertujuan merealisasikn penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas perhambaan sesame hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat Allah penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuannya.
2)      Kecenderungan moral
Kecenderungan moral erat kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu untuk membedakan yang baik dan buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat mengarahkan kehendak dan akal. Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti di atas, maka kecenderungan moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana terdapat dalam surat Asy-Syam ayat 7 Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)  dan ketakwaannya.
3)      Manusia bersifat luwes, lentur (fleksible). Manusia mampu dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan, menghayati adatadat, nilai, tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat, nilai dan aliran lama, dengan cara interaksi social baik dengan lingkungan yang bersifat alam atau kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia yang mudah lentur, terdapat dalam surat Al Insan ayat 3
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
4)      Kecenderungan bermasyarakat
Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan bermasyarakat.
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga potensi (fitrah), yaitu:
a)      Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk. Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan Tuhannya.
b)      Daya ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi obyek-obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.
c)      Daya defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara ketiga potensi tersebut, di samping agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat kendali (kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir oleh Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan manusia akan posisi potensi yang dimilikinya itulah yang akan menyebabkannya melakukan perbuatan amoral.v
Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia kepada dua bentuk, yaitu:
1.      1.      Fitrah al gharizat
Merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir. Bentuk fitrah ini berupa nafsu, akal, dan hati nurani. Fitrah (potensi) ini dapat dikembangkan melalui jalan pendidikan.
1.      2.      Fitrah al munazalat
Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah wahu ilahi yang diturunkan Allah untuk membimbing dan mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif. Semakin tinggi interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi pula kualitas manusia.
Dari semua penjelasan mengenai potensi manusia, tampak jelas bahwa lingkungan sebagai faktor eksternal. Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan arah pertumbuhan fitrah manusia. Semakin baik penempaan fitrah yang dimiliki manusia, maka akan semakin baiklah kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, penempaan dan pembinaan fitrah yang dimiliki tidak pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir dari tujuan hidupnya. Untuk itu salah satu pembinaan fitrah dengan pendidikan

.
HADITS TENTANG FITRAH
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ الَّذِي يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani. Seperti unta yang dilahirkan dari binatang ternak yang sempurna jasadnya, apakah ditemukan adanya cacat?" Mereka bertanya; "Wahai Rasulullah! Bagaimana tentang orang yang meninggal saat dia masih kecil?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang mereka kerjakan."
Komemtar hadis
          Dari diatas pada hakikatnya menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan membawa potensi masing, dimana potensi tersebut bisa berupa potensi positif maupun potensi negative, bergantu bagaimana manusia itu memanfaatkan potensinya itu, mau disalurkan kemana.
            Potensi yang dimaksud disini bisa berupa keberanian maksudnya bila anak itu keberanianya lebih subur ketimbang rasa takutnya maka dia akan menjadi pemberani, demikian halnya sebaliknya bila yang lebih menonjol adalah rasa takutnya maka dia akan jadi pemberani. Jadi disini anak bisa saja menjadi anak yang baik, jahat, pintar dan lain sebainya. Bergantu bagaimana kita mengelolah otensi tersebut.
            Terkait dengan pernyataan bahwa orang tuanyalah yang dapat menjadikan anaknya menjadi yahudi,nasrani maupun majusi, itu karena memang orang tualah yang memiliki peranan yang sangat besar dalam proses perkembangan anak.
            Namun demikian terkadang pula kita temukan ada anak yang orang tuanya ustaz tapi juustru anaknya malah jadi preman, sebaliknya tidak sedikit pula kita temukan dalam kehidupan masyarakat ayahnya seorang preman pemabuk tapi justru anaknya malah jadi ustaz. Apa arti semua itu? Inilah yang dimaksudkan bahwa anak bisa saja jadi orang yang baik ataupun jadi sebaliknya. Mungkin inilah yang disebutkan pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya tetapi kadang buah itu dibawa keklelawar sehingga ia jatuh jauh dari pohonnya.
            Terkait dengan masalah fitrah manusia penulis mau mengutip apa yang dikatakan oleh ustaz Dr quraishyhab menyatakan bahwa apa yang disebut fitrah itu adalah ketetapan Allah misalkan manusia itu akan melanggar fitrah nya bila dia mau makan dengan kaki, manusia itu akan menlanggar fitrahnya bila dia mau mendengakan sesuatu dengan mulut begitu dan seterusya.
            Dan sebenarnya masih banyak lagi penafsiran-penafsiran seputar dengan fitrah ini, disisi lain sebagian juga ulama mengatan bahwa fitrah itu adalah kembali pada kesucian seperti bayi yang baru lahir tidak mempunyai dosa sedikitpun.
ASBABUL WURUD
            Adapun yang melatar belakangi munculnya hadis tersebut diatas adalah sebagaimana diriwayatkan  yang bersumber dari Aswad, katanya: “Aku datang kepada Rasulullah Saw. Dan ikut berperang bersama beliau. Kami meraih kemenangan dalam perang itu; namun pada hari itu pembunuhan berlangsung terus termasuk menimpah anak-anak. Kejadian ini dilaporkan kpd nabi muhammad Saw . Lalu beliau bersabda:”keterlaluan sampai hari ini mereka saling membunuh sehingga anak-anak banyak yang terbunuh , berkatalah seorang laki-laki, ya rasulullah mereka adalah anak-anak dari orang musyri, rasulullah Saw bersabda: “ sesungguhnya penopang kami adalah  anak2 orang2 musyrik.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya fitrah manusia merupakan potensi yang dimilikinya sejak dilahirkan, dimana potensi tersebut dapat berupa positif maupun negative artinya bahwa manusia berpotensi untuk jadi baik dan buruk.
Fitrah juga dapat diaratikan sebagai karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk kemudian dikelolah oleh manusia itu entah dikelolah untuk yang baik ataupun jadi buruk, tetapi intinya dalam hadis ini menganjurkan kita untuk memilihara fitrah ini agar supaya tetap pada koridor syariat Islam.
Disisi lain fitrah juga dapat diartikan kesucian artinya bersih dari segala dosa. Sebaimana seorang bayi yang baru lahir tiada dosa sedikitpun.

B.  Saran
oleh karena penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini maka dari itu, harapan penulis supaya bila pembaca tidak puas dengan akan uraian dalam makalah ini, supaya mencari banyak refersi lain baik itu berupa buku-buku tentang hadis tarbawy, banayak mencari sumber dari internet maupun dari berbagai sumber apa saja untuk menunjang materi tersebut.
Penulis juga berharap atas saran dan kritiknya dari pembaca untuk perbaikan pada hal-hal yang lebih baik lagi, baik saran secara langsung berupa lisan maupun secara tidak langsung intinya semoga sarannya dapat menjadi sebuah pacuan buat penulis pada arah yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Daftara Pustaka