BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berangkat
dari redaksi yang menyatakan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam kondisi
berpotensi, potensi tersebut dapat berupa dua model yakni potensi baik dan
potensi yang buruk. Tergantung bagaimana manusia memamfaatkan potensi tersebut.
Fakta
dilapangan tidak sedikit orang yang memiliki potensi untuk jahat tetapi di
mampu mengubah potensi tersebut pada hal-hal yang baik demikian halnya
sebaliknya banyak pula orang yang sesungguhnya memiliki potensi yang baik
tetapi justru malah disalurkan pada hal-hal yang buruk. Dari fenomena tersebut
penulis terimpirasi dari hadis rasulullah yang membahas tentang fitrah anak. Dalam
pokok pembahasan ini akan dicari sejauh mana pandangan islam terhadap potensi
yang dimiliki oleh seorang anak, seberapa besar pandangan islam dalam hal ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan fitrah
2.
Apa Hubungan Fitrah Manusia Dan Kependidikan
3. Apa Macam-Macam
Potensi Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian fitrah
Dalam pandangan Islam
kemampuan dasar dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya atau
pembawaan disebut dengan fitrah, yang berasal dari
kata فطر
yang dalam pengertian etimologi mengandung etimologi kejadian. Kata tersebut
berasal dari kata الفا طر yang berarti pecahan atau belahan. Secara umum pemaknaan fitrah dalam
al Qur’an dapat diartikan sebagai penciftaaan manusia.
Lalu bagaimana Penafsiran Fitrah Manusia Dalam
Ayat Allah
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.
1.
Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
2.
Fitrah yang berarti potensi. Potensi, mengacu kepada dua hal, yang baik
dan buruk. Sehingga perlu dikembangkan, diarahkan, dan dididik. Disinilah
fungsi pendidikan yaitu agar potensi manusia bisa terahkan dan berkembang
dengan baik.
3.
Fitrah yang mengandung kecenderungan yang yang netral Dengan demikian,
manusia harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal.
Hubungan Fitrah Manusia Dan Kependidikan
Fitrah yang
mengandung implikasi pendidikan mengandung paham nativisme. Maksudnya bahwa
manusia mempunyai potensi dasar beragama yang tidak dapat dirubah. Fitrah yang
bercorak nativisme ini berkaitan juga dengan factor hereditas (keturunan) yang
bersumber dari orang tua, termasuk juga keturunan beragama. Sebagaimana dijelaskan
dalam surat Nuh ayat 26-27
وقال نوح
رب لا تذر عليالارض من الكفرينديارا . انك ان تذرهم يضلوا عبادك ولا يلدوا
الافاجراكفارا.
Artinya: Nuh berkata: “Ya Tuhanku,
janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di
atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat ma’siat lagi sangat kafir.
Menurut Ali Firi dalam buku M. Arifin, salah seorang ahli pendidikan
Mesir menyatakan bahwa kecenderunga nafsu berpindah dari orang tua secara
turun temurun.
Namun demikian fitrah itu tetap harus
dipelihara dan dan dijaga. Sehingga peran lingkungan sangat penting dalam
mengembangkan potensi seorang manusia. Potensi anak akan dikembangka melalui
proses pendidikan. Sehingga dalam proses pendidikan menjelaskan bahwa fitrah yang
telah dibawa sejak lahir bagi anak akan memiliki pengaruh yang cukup besar
dipengaruhi dengan lingkungan.Fitrah tidak akan berkembang
tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar. Lingkungan mampu
mengubah fitrah secara actor, ketika lingkungan
sebagai tempat interaksi membentuk kepada hal yang buruk. Sifat dasar fitrah ditentukan
dari semakin sering atau tidaknya dengan lingkungan. Meskipun demikian,
lingkungan tidak selamanya mampu mengubah kepribadian seseorang. Banyak juga
contoh orang baik lahir dari lingkungan atau masyarakat yang zhalim.
Lingkungan merupakan actor yang mepengaruhi manusia, meskipun demikian
bukanlah menjadi actor utama. Hal ini dikarena masih adanya actor lain yang
bisa mempengaruhi tingkah laku manusia. Melalui proses belajar, manusia bisa
menjadi orang-orang yang bermanfaat. Fitrah tersebut harus
diarahkan kearah yang positif agar tidak menimbulkan suatu persepsi yang
negative.
Konsep fitrah juga menuntut agar
pendidikan islam harus bertujuan mengarahkan pendidikan demi terjalinnya ikatan
kuat seorang manusia dengan Allah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
bahwa fitrah manusia
dekat dengan tauhid. Tauhid telah menjadi essensi dari semua bentuk
agam-agama. Konsep tauhid inilah yang memberikan tekanan kekuasaan Allah
yang mesti dipatuhi dalam kurikulum pendidikan islam. Sebagaimana dalam firman
Allah QS. Al A’raf: 172.
واذ اخذ ربك من
بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشهدهم علي انفوسهم الست بربكم قالو بلى شهدنا ان تقولو
يوم القيامة انا كنا عن هذا غافلين
Arinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?”
mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
D. Macam-Macam Potensi Manusia
Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa fitrah mengacu
kepada potensi yang dimiliki manusia. Potensi itu diantaranya yaitu,
1) Potensi beragama
Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika
manusia dilahirkan. Manusia memerlukan keimanan kepada zat tertinggi yang
Maha Unggul di luar dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati
olehnya. Naluri beragama mulai tumbuh apabila manusia dihadapkan pada persoalan
persoalan yang melingkupinya.
Akal akan menyadari kekerdilannya dan mengakui akan kudratnya yang terbatas. Akal
akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi pencipta alam jagat raya ini,
yaitu Allah. Islam bertujuan merealisasikn penghambaan sang hamba kepada
Tuhannya saja. Memberantas perhambaan sesame hamba Tuhan. Insan dibawa
menyembah kehadirat Allah penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik
atau sebarang penyekutuannya.
2) Kecenderungan moral
Kecenderungan moral erat kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu
untuk membedakan yang baik dan buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat
mengarahkan kehendak dan akal. Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti
di atas, maka kecenderungan moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana
terdapat dalam surat Asy-Syam ayat 7 Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) dan ketakwaannya.
3) Manusia bersifat luwes, lentur
(fleksible). Manusia mampu dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasai ilmu
pengetahuan, menghayati adatadat, nilai, tendeni atau aliran baru. Atau
meninggalkan adat, nilai dan aliran lama, dengan cara interaksi social baik
dengan lingkungan yang bersifat alam atau kebudayaan. Allah berfirman tentang
bagaimana sifat manusia yang mudah lentur, terdapat dalam surat Al Insan ayat 3
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;
ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
4)
Kecenderungan bermasyarakat
Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan bermasyarakat.
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga
potensi (fitrah),
yaitu:
a) Daya intelektual (quwwat al-‘aql),
yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan
buruk. Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan
Tuhannya.
b) Daya ofensif (quwwat
al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi obyek-obyek
yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.
c) Daya defensif (quwwat
al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia
dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara
ketiga potensi tersebut, di samping agama – potensi akal menduduki posisi
sentral sebagai alat kendali (kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian,
akan teraktualisasikannya seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana
yang disinyalir oleh Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan
pemalsuan manusia akan posisi potensi yang dimilikinya itulah yang akan
menyebabkannya melakukan perbuatan amoral.v
Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia kepada dua
bentuk, yaitu:
1.
1. Fitrah
al gharizat
Merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir.
Bentuk fitrah ini berupa nafsu, akal,
dan hati nurani. Fitrah (potensi) ini dapat
dikembangkan melalui jalan pendidikan.
1.
2. Fitrah
al munazalat
Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah wahu ilahi
yang diturunkan Allah untuk membimbing dan mengarahkan fitrah
al gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif.
Semakin tinggi interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan
semakin tinggi pula kualitas manusia.
Dari semua penjelasan mengenai potensi manusia, tampak jelas bahwa
lingkungan sebagai faktor eksternal. Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan
arah pertumbuhan fitrah manusia. Semakin baik
penempaan fitrah yang dimiliki manusia,
maka akan semakin baiklah kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, penempaan
dan pembinaan fitrah yang dimiliki tidak
pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir dari tujuan hidupnya. Untuk itu
salah satu pembinaan fitrah dengan pendidikan
.
HADITS TENTANG FITRAH
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك
عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنَاتَجُ
الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ الَّذِي يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ
أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ
Telah
menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap
anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani. Seperti unta yang dilahirkan dari binatang
ternak yang sempurna jasadnya, apakah ditemukan adanya cacat?" Mereka
bertanya; "Wahai Rasulullah! Bagaimana tentang orang yang meninggal saat
dia masih kecil?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang
mereka kerjakan."
Komemtar hadis
Dari diatas pada hakikatnya menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya
setiap manusia dilahirkan dalam keadaan membawa potensi masing, dimana potensi
tersebut bisa berupa potensi positif maupun potensi negative, bergantu
bagaimana manusia itu memanfaatkan potensinya itu, mau disalurkan kemana.
Potensi yang dimaksud
disini bisa berupa keberanian maksudnya bila anak itu keberanianya lebih subur
ketimbang rasa takutnya maka dia akan menjadi pemberani, demikian halnya
sebaliknya bila yang lebih menonjol adalah rasa takutnya maka dia akan jadi
pemberani. Jadi disini anak bisa saja menjadi anak yang baik, jahat, pintar dan
lain sebainya. Bergantu bagaimana kita mengelolah otensi tersebut.
Terkait dengan
pernyataan bahwa orang tuanyalah yang dapat menjadikan anaknya menjadi
yahudi,nasrani maupun majusi, itu karena memang orang tualah yang memiliki
peranan yang sangat besar dalam proses perkembangan anak.
Namun demikian terkadang
pula kita temukan ada anak yang orang tuanya ustaz tapi juustru anaknya malah
jadi preman, sebaliknya tidak sedikit pula kita temukan dalam kehidupan
masyarakat ayahnya seorang preman pemabuk tapi justru anaknya malah jadi ustaz.
Apa arti semua itu? Inilah yang dimaksudkan bahwa anak bisa saja jadi orang
yang baik ataupun jadi sebaliknya. Mungkin inilah yang disebutkan pepatah buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya tetapi kadang buah itu dibawa keklelawar
sehingga ia jatuh jauh dari pohonnya.
Terkait dengan masalah
fitrah manusia penulis mau mengutip apa yang dikatakan oleh ustaz Dr
quraishyhab menyatakan bahwa apa yang disebut fitrah itu adalah ketetapan Allah
misalkan manusia itu akan melanggar fitrah nya bila dia mau makan dengan kaki,
manusia itu akan menlanggar fitrahnya bila dia mau mendengakan sesuatu dengan
mulut begitu dan seterusya.
Dan sebenarnya masih
banyak lagi penafsiran-penafsiran seputar dengan fitrah ini, disisi lain
sebagian juga ulama mengatan bahwa fitrah itu adalah kembali pada kesucian
seperti bayi yang baru lahir tidak mempunyai dosa sedikitpun.
ASBABUL WURUD
Adapun yang melatar
belakangi munculnya hadis tersebut diatas adalah sebagaimana diriwayatkan yang bersumber dari Aswad, katanya: “Aku
datang kepada Rasulullah Saw. Dan ikut berperang bersama beliau. Kami meraih
kemenangan dalam perang itu; namun pada hari itu pembunuhan berlangsung terus
termasuk menimpah anak-anak. Kejadian ini dilaporkan kpd nabi muhammad Saw .
Lalu beliau bersabda:”keterlaluan sampai hari ini mereka saling membunuh
sehingga anak-anak banyak yang terbunuh , berkatalah seorang laki-laki, ya
rasulullah mereka adalah anak-anak dari orang musyri, rasulullah Saw bersabda:
“ sesungguhnya penopang kami adalah
anak2 orang2 musyrik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya fitrah manusia merupakan potensi yang dimilikinya sejak
dilahirkan, dimana potensi tersebut dapat berupa positif maupun negative
artinya bahwa manusia berpotensi untuk jadi baik dan buruk.
Fitrah juga dapat diaratikan sebagai karunia dari Allah SWT yang
diberikan kepada manusia untuk kemudian dikelolah oleh manusia itu entah
dikelolah untuk yang baik ataupun jadi buruk, tetapi intinya dalam hadis ini
menganjurkan kita untuk memilihara fitrah ini agar supaya tetap pada koridor
syariat Islam.
Disisi lain fitrah juga dapat diartikan kesucian artinya bersih dari
segala dosa. Sebaimana seorang bayi yang baru lahir tiada dosa sedikitpun.
B. Saran
oleh karena penulis
menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini maka dari itu, harapan
penulis supaya bila pembaca tidak puas dengan akan uraian dalam makalah ini,
supaya mencari banyak refersi lain baik itu berupa buku-buku tentang hadis
tarbawy, banayak mencari sumber dari internet maupun dari berbagai sumber apa
saja untuk menunjang materi tersebut.
Penulis juga berharap
atas saran dan kritiknya dari pembaca untuk perbaikan pada hal-hal yang lebih
baik lagi, baik saran secara langsung berupa lisan maupun secara tidak langsung
intinya semoga sarannya dapat menjadi sebuah pacuan buat penulis pada arah yang
lebih baik dari yang sebelumnya.
Daftara Pustaka